Kudus, CNN Indonesia -- Pembinaan atlet-atlet bulutangkis Indonesia dianggap sudah berada di jalur yang benar dan tidak perlu meniru yang digunakan di China. Anggapan tersebut diungkapkan Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation sekaligus Kepala Bidang Dana dan Usaha PBSI, Yoppy Rosimin. Menurut Yoppy pembinaan bulutangkis di Indonesia berbeda dengan di China dan Jepang. Saat ini pembinaan olahraga terutama bulutangkis di China mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Anak-anak kisaran 10 tahun yang dinilai memiliki potensi menjadi atlet sudah dimasukkan ke pelatnas yang dibiayai pemerintah China.Pembinaan bulutangkis di Indonesia berbeda dengan di China. Pembinaan atlet bulutangkis Indonesia masih berada di bawah kendali klub-klub yang mendapat dukungan dari pihak lain, termasuk swasta. Dukungan dari pemerintah hanya berlaku saat atlet sudah masuk ke pelatnas.  Yoppy Rosimin (kiri) menganggap Indonesia punya pembinaan bulutangkis yang khas. (CNN Indonesia/Surya Sumirat) | "Pembinaan kita khas Indonesia. Kami punya tradisi pembinaan tersendiri. Apa adanya saja tanpa campur tangan pemerintah atau tidak. Kami akan melanjutkan tradisi ini," ujar Yoppy di Kudus, Kamis (6/9).Di mata Yoppy pembinaan atlet bulutangkis saat in sudah cukup ideal untuk Indonesia. Yoppy juga bersyukur mendengar pemerintah Indonesia akan menaikkan anggaran pembinaan cabang olahraga, salah satunya bulutangkis, menyusul kesuksesan di Asian Games 2018. "Tradisi pembinaan di Indonesia gotong-royong. Kalau pemerintah tidak membantu bisa gotong-royong dengan perusahaan yang punya sejarah dalam pembinaan atlet bulutangkis," tutur Yoppy. Sementara itu Manajer Tim PB Djarum, Fung Permadi, menyebut setidaknya ada empat aspek yang bisa memengaruhi keberhasilan sebuah sistem pembinaan. Mulai dari kualitas atlet, kualitas pelatih, kualitas pengurus, dan ketersediaan pendanaan."Semua itu mengikuti perkembangan zaman. Karena akan ada pergantian pelatih, pergantian pengurus, kualitas pemain juga yang tidak selalu sama," ucap Fung Permadi. (har) Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2oMbqtW |
0 Comments:
Post a Comment