Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China menuduh agen mata-mata Taiwan meningkatkan upaya untuk mencuri data intelijen dengan tujuan "infiltrasi" dan "sabotase". Hal itu kembali menandakan risiko konflik lebih lanjut yang telah terjadi di antara kedua negara.
"Lembaga-lembaga terkait di Taiwan harus segera mengakhiri kegiatan semacam itu," kata kantor berita resmi Xinhua, mengutip An Fengshan, juru bicara Kantor Urusan Taiwan yang membuat kebijakan China.
Pada hari Sabtu, 15 September 2018, televisi pemerintah China menayangkan serangkaian program yang merinci kasus-kasus di mana mahasiswa Tiongkok yang belajar di Taiwan, telah ditargetkan oleh mata-mata domestik yang "merayu mereka dengan uang, cinta, dan persahabatan".
Dikutip dari The Guardian pada Minggu (16/9/2018), tuduhan itu muncul ketika China meningkatkan upaya untuk mendorong Taiwan bergabung kembali dengan Beijing secara permanen, termasuk melalui identitas baru yang khusus.
Di lain pihak, pemerintah Taiwan telah memperingatkan seluruh warganya untuk berhati-hati terhadap risiko terlibat urusan dengan China, yang dinilai otokratis.
Jauh sebelum munculnya kisruh terkait, China dan Taiwan diketahui telah sering saling menuduh tentang aktivitas mata-mata.
Pada 2017, seorang mahasiswa Tionghoa yang belajar di Taiwan dijatuhi hukuman penjara karena mengumpulkan informasi sensitif melalui kontak di perguruan tinggi dan departemen pemerintah, termasuk mencoba membangun jaringan mata-mata di negara pulau itu.
Taiwan sendiri telah memungkinkan mahasiswa China untuk belajar di berbagai universitasnya sejak tahun 2009.
Simak video pilihan berikut:
0 Comments:
Post a Comment