Sunday, September 16, 2018

Para Ahli Desak Eropa Kurangi Separuh Konsumsi Daging pada 2050

Liputan6.com, Brussels - Sebuah laporan ilmiah terbaru menyebut sektor peternakan di Eropa telah melampaui batas aman untuk emisi gas rumah kaca, aliran nutrisi dan hilangnya keanekaragaman hayati, sehingga sangat mendesak untuk segera diturunkan demi kelestarian yang berkelanjutan.

Desakan tersebut disampaikan untuk mengatasi risiko masalah terkait pertumbuhan populasi dan pendapatan global, yang meningkatkan permintaan untuk produk-produk berbasis daging di luar kapasitas Bumi untuk menghasilkannya.

Rekan penulis makalah ini, Profesor Allan Buckwell, mendukung seruan Greenpeace untuk mengurangi separuh jumlah konsumsi daging dan produksi susu pada tahun 2050.

Dikutip dari The Guardian pada Minggu (16/9/2018), cakupan anjuran pada laporan tersebut secara jelas ​​ditujukan pada pusat kebijakan Uni Eropa. Hal ini dikarenakan Benua Biru merupakan konsumen produk hewani terbesar di dunia, yang hanya berselisih sedikit dengan Amerika Utara.

Menanggapi laporan terkait, mantan komisaris lingkungan Uni Eropa Janez Potocnik mengatakan: "Melindungi status quo 'memberikan kerugian bagi sektor ini."

Studi ini menyerukan agar komisi Eropa segera membuat penyelidikan formal, untuk mengusulkan langkah-langkah --termasuk pajak dan subsidi-- guna mencegah produk-produk peternakan yang berbahaya bagi kesehatan, iklim atau lingkungan.

Ternak memiliki jejak tanah terbesar di dunia dan terus berkembang pesat dari tahun ke tahun. Sebanyak hampir 80 persen dari lahan pertanian global saat ini, digunakan untuk penggembalaan dan produksi pakan ternak, meskipun daging hanya menghasilkan 18 persen dari kebutuhan kalori manusia.

"Masyarakat Eropa menyantap daging dua kali lebih banyak daripada yang direkomendasikan oleh otoritas makanan global, atau dengan kata lain, jauh melampaui "ruang operasi yang aman" dalam batas lingkungan," tulis hasil studi Rise Foundation.

Akibatnya, diperlukan penyesuaian yang besar pada tahun 2050 untuk menyeimbangkan kembali sektor ini, termasuk penurunan 74 persen emisi gas rumah kaca dan pengurangan 60 persen dalam penggunaan pupuk berbasis nitrat.

Jauh sebelum itu, para pembuat kebijakan, petani dan masyarakat secara keseluruhan menghadapi "pilihan yang sangat tidak nyaman", menurut Prof Buckwell.

"Kami berbicara tentang lebih sedikit makanan daging, dan beralih ke diet fleksibel tanpa bersikap dogmatis tentang itu," katanya. "Ada peran untuk pesan kesehatan masyarakat yang lebih lembut, tetapi pesan yang lebih keras juga diperlukan."

Transformasi seperti itu "tidak akan terjadi secara spontan", tambahnya. "Ini membutuhkan sinyal kuat dari pemerintah, sehingga proposal kebijakan harus memasukkan langkah-langkah mengurangi konsumsi produk-produk peternakan, yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan."

Prof Buckwell menyerukan pajak yang ditargetkan pada praktik-praktik berbahaya, daging bersubsidi untuk konsumen berpenghasilan rendah, dan penyelarasan rezim pendanaan untuk memberi saran, melatih kembali dan mempekerjakan lebih banyak petani dalam pengelolaan lanskap pedesaan dan kesejahteraan hewan.

Harapannya adalah bahwa konsumen pada akhirnya akan membayar lebih untuk daging berkualitas tinggi yang diproduksi dalam kondisi yang aman bagi lingkungan, di mana perlindungan pedesaan dan kesejahteraan hewan telah dijamin.

Simak video pilihan berikut: 

Pemandangan tak biasa terjadi di peternakan di Maine, Amerika Serikat. Jika biasanya sapi akan menyusui anak yang sejenis dengannya, berbeda dengan sapi perah ini. Ia mengizinkan dua ekor anak kambing menyusu padanya.

Let's block ads! (Why?)

https://ift.tt/2xolTQt
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Frss&max=3, then Send me an email


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment