Sukoharjo - Saat warga di Pulau Sumatera sudah menikmati hujan, bahkan sejumlah kota mengalami kebanjiran, penduduk di Pulau Jawa, seperti warga Sukoharjo dan Sragen masih mengalami kekeringan karena hujan tak kunjung turun. Akibatnya, sejumlah wilayah mengalami krisis air. Warga Desa Alasombo dan Desa Karangmojo, Kecamatan Weru, Sukoharjo, terpaksa membeli air galon untuk memasak. Sementara bantuan air bersih digunakan untuk mandi, mencuci, dan memberi makan hewan ternak. Seorang warga Dusun Gunung Botak, Desa Karangmojo, Weru, Darmuji, mengatakan debit air sumur galian menyusut drastis saat musim kemarau. Padahal, air sumur galian itu menjadi satu-satunya sumber air untuk memasak. Warga setempat akhirnya membeli air galon untuk keperluan memasak selama krisis air melanda. Harganya Rp5.000 per galon hingga Rp10.000 per galon. Jika jumlah anggota keluarga lebih dari lima orang, satu galon air habis dalam sehari. "Namun jika hanya keluarga kecil bisa digunakan selama tiga hari-empat hari," kata Darmuji saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela penyerahan bantuan air bersih dari Forum Komunikasi Masyarakat Sukoharjo Makmur (FKMSM), Minggu, 16 September 2018. Warga setempat sangat membutuhkan pasokan air bersih saat pagi hari. Para pekerja dan pelajar membutuhkan air bersih untuk mandi. Sementara ibu rumah tangga (IRT) membutuhkan air bersih untuk mencuci dan memasak. Mereka kesulitan mendapatkan air bersih sejak empat bulan lalu. Jumlah warga yang mengalami krisis air bersih lebih dari 700 keluarga tersebar di sejumlah dusun. "Setiap musim kemarau, kami membeli air galon setiap hari. Air menjadi barang langka sehingga penggunaannya harus irit," ujar dia. Kepala Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Suwardi, mengatakan pemerintah desa telah berulang kali mengajukan permintaan bantuan air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo selama empat bulan ini. Bantuan air bersih tak hanya dikirim pemerintah tapi juga perusahaan maupun komunitas masyarakat yang peduli terhadap kondisi warga setempat yang kesulitan air bersih. Di Desa Alasombo, jumlah warga yang mengalami krisis air sebanyak 144 keluarga. Mereka berdomisili di lereng perbukitan yang minim sumber air. "Ada penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas) namun tak bisa digunakan secara maksimal sehingga mereka masih mengandalkan bantuan air bersih," papar dia. Sementara itu, Ketua FKMSM, Nursalam, menyatakan bantuan air bersih berupa 20 unit mobil tangki bagi warga Desa Karangmojo dan Alasombo. Pemberian bantuan air bersih merupakan agenda kegiatan setiap tahun. Selain bantuan air bersih, FKMSM menggandeng Solo Peduli melaksanakan pengobatan gratis untuk warga setempat. "Kegiatan pemberian bantuan air bersih telah berjalan tiga tahun. Pada 2017, kami memberikan bantuan air bersih berupa 10 unit mobil tangki. Ini wujud kepedulian kami terhadap sesama yang membutuhkan," kata dia. Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini. Let's block ads! (Why?) https://ift.tt/2D2jgd1 |
0 Comments:
Post a Comment