Kudus, CNN Indonesia -- Kedisiplinan atlet bulutangkis muda memiliki peran besar dalam meraih prestasi sekaligus menentukan langkah menuju jenjang berikutnya. Tidak sedikit atlet-atlet belia yang andal namun tidak memiliki kemauan mengikuti tata tertib dan ketaatan pada peraturan yang berlaku. Pelatih-pelatih di berbagai klub bulutangkis kerap menemukan tindakan indisipliner yang mengacaukan karier atlet. Fung Permadi, mantan atlet bulutangkis Indonesia yang kini aktif di salah satu klub, mengemukakan kunci sukses pembinaan dan regenerasi terletak pada kemauan atlet muda."Napas kami adalah pembentukan karakter. Yang utama bukan peraturan, tapi menggugah hati mereka untuk terbuka kesadarannya [disiplin]," ucap Fung yang kini menjabat manajer tim PB Djarum.  Dibutuhkan kedisiplinan untuk mendidik calon atlet masa depan. (CNNIndonesia/Surya Sumirat) | Juara final grand prix 1996 itu menjelaskan timnya menerapkan aturan ketat seperti larangan penggunaan telepon seluler pada malam hari, makan malam bersama, dan jam malam untuk membentuk pribadi pemain yang disiplin."Kalau cuma melanggar jam malam itu kami berikan peringatan. Tapi begitu melakukan kekerasan menjurus kriminal, seperti dulu ada yang mabuk-mabukan lalu naik motor tabrakan itu langsung kami keluarkan, didegradasi," tutur Fung. "Lalu dilihat bagaimana perkembangan atlet tersebut. Termasuk penilaian dari para staf pelatih mengenai prospek si atlet ke depannya untuk jadi pemain dunia seperti apa. Karena tujuan kami adalah mencetak pemain dunia," tukasnya.Selain menempa atlet-atlet tenar Indonesia seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo, Tontowi Ahmad, Debby Susanto, Praveen Jordan, dan Ihsan Maulana Mustofa, klub yang menaungi Fung juga sempat menjadi tempat berlatih bagi pemain-pemain internasional seperti Vincent Wong Wing Ki dari Hong Kong dan Michelle Li dari Kanada. (nva) Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2x1f487 |
0 Comments:
Post a Comment