Rini mencontohkan, produk akhir bauksit yang dihasilkan oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) adalah aluminium. Kemudian, produk akhir bijih nikel adalah dan batu bara bisa diolah menjadi produk polietilena. Tapi, sayangnya mayoritas ekspor produk tambang tersebut masih berupa bijih. Rini mengakui pengembangan industri hilirisasi tambang di Indonesia belum optimal. Padahal, katanya, Indonesia masih membutuhkan impor sejumlah produk olahan tambang. Sebenarnya, lanjut Rini, upaya hilirisasi produk tambang sudah dilakukan sebagian. Tapi, upaya hilirisasi tersebut terkendala salah satunya karena masalah keekonomian maupun keterbatasan teknologi. Ke depan, jika industri pengolahan tambang domestik berkembang dan memberikan lebih banyak nilai tambah, nilai ekspor produk tambang Indonesia bisa melesat. "Dalam lima tahun ke depan, ekspor tambang saya harapkan bisa mencapai US$10 miliar, tanpa memperhitungkan ekspor dari Freeport," katanya, Rabu (12/9).
Ekspor holding sektor pertambangan tahun ini diperkirakan bakal mencapai US$2,52 miliar (Rp33, 77 triliun dengan asumsi kurs APBN 2018 Rp13.400 per dolar AS) atau naik sebesar 32, 6 persen dari tahun lalu yang hanya US$1,89 miliar. Berdasarkan data PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, selaku induk perusahaan tambang, ekspor bijih aluminium produksi PT Aneka Tambang (Tbk) tahun ini diperkirakan bakal mencapai 1,25 juta ton atau melonjak sekitar 63 persen dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya 767 ribu ton. Hingga akhir Agustus, realisasi ekspor bijih bauksit telah mencapai 583,71 ribu ton. Kemudian, ekspor bijih nikel Antam tahun ini juga meningkat sebesar 48,7 persen dari 2,73 juta ton menjadi 4, 06 juta ton. Per akhir bulan lalu, realisasinya telah mencapai 2,49 juta ton. Selanjutnya, ekspor feronikel Antam juga diperkirakan akan melesat dari 22 ribu ton ke 24,4 ribu. Sepanjang Januari - Agustus 2018 realisasi ekspor feronikel telah mencapai 16,32 ribu ton. Ekspor emas Antam juga menanjak lebih dari dua kali lipat dari enam ton menjadi 12,3 ton. Adapun realisasi hingga akhir bulan lalu telah mencapai 7,37 ton.
Kendati demikian, ekspor perak Antam diperkirakan bakal merosot dari 13 ton menjadi 3 ton. Pasalnya, produksi perak tahun ini sebagian besar akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Untuk domestik, penjualan perak diperkirakan akan mencapai 15,2 ton atau lebih dari tiga kali lipat dari penjualan perak di dalam negeri tahun lalu yang hanya berkisar 4 ton. Berikutnya, di komoditas batu bara, ekspor PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tahun ini diperkirakan bakal naik 31,9 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 12,14 juta ton. Realisasi ekspor batu bara hingga akhir Agustus 2018 tercatat 7,02 juta ton atau 57,82 persen. Di komoditas aluminium, ekspor Inalum diperkirakan mencapai 40 ribu ton, naik tipis dari realisasi ekspor tahun lalu mencapai 39 ton. Sebagian besar produksi aluminium memang dipasarkan di pasar domestik. Tahun ini penjualan diperkirakan mencapai 211,56 ribu ton atau sekitar 85,16 persen dari total produksi tahun ini sebesar 248,43 ribu ton. Terakhir, ekspor timah batangan PT Timah Tbk diperkirakan mencapai 27,79 ribu ton atau naik dari ekspor tahun lalu sebesar 27 ribu ton. Sekitar 90 persen produksi Timah diekspor ke luar negeri di mana Indonesia merupakan pemasok timah terbesar ke-2 di dunia.Sepanjang Januari-Agustus 2018, realisasi ekspor timah telah mencapai 16,01 ribu ton. Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2Odj9wc |
0 Comments:
Post a Comment