Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut perdagangan akan menjadi faktor utama yang membuat pertumbuhan ekonomi di akhir tahun tak mencapai target 5,4 persen. Menurut Darmin, Indonesia mengalami posisi neraca transaksi berjalan yang defisit lantaran pertumbuhan impor yang cukup tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan impor Januari hingga Juli kemarin mencapai US$107,32 miliar atau tumbuh 24,48 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara kinerja ekspor Indonesia, belum bisa dikatakan kinclong karena pertumbuhan perdagangan dunia juga sedang seret terimbas perang dagang negara-negara maju. Dua kombinasi ini bisa bikin neraca dagang stagnan dan tak berkontribusi besar ke pertumbuhan ekonomi. "Kalau perdagangan melambat, berikutnya pertumbuhan yang kena. Jadi tidak bisa kami rencanakan 5,4 persen itu, mempertahankan itu (target pertumbuhan ekonomi) sudah merupakan perjuangan besar," jelas Darmin, Jumat (14/9). Darmin juga meramal kinerja perdagangan di tahun depan masih akan terpengaruh faktor eksternal. Untuk itu, pemerintah telah mengantisipasi melalui kebijakan pendorongan ekspor dan menahan laju barang-barang impor. Tak ketinggalan, ada pula kebijakan implementasi pencampuran 20 persen biodiesel terhadap BBM jenis Solar serta pemanfaatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebagai salah satu substitusi impor."Jadi apakah kita harus pesimis? Tidak. Kami akan coba atasi. Kami tahu apa yang harus kami lakukan," papar dia. Di sisi lain, menurut dia, konsumsi sebagai salah satu komponen pembentuk PDB tak akan terganggu lantaran inflasi tetap sesuai target 3,5 persen. Bahkan, BPS mencatat Indonesia mengalami deflasi 0,05 persen di Agustus kemarin. Kendati demikian, ia enggan memberitahu angka proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun nanti. "Kemarin Bank Dunia kan sudah bilangnya 5,3 persen," jelas dia. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani meramal pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ada di angka 5,14 persen hingga 5,21 persen. Sama seperti Darmin, ia menganggap ekspor netto akan terombang-ambing seiring depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Di kuartal III, ia memprediksi impor akan bertumbuh di atas 10 persen karena sebagian importir menahan aktivitasnya setelah libur panjang Idulfitri dan kembali melanjutkan impor di kuartal III. Kenaikan volume impor sebelumnya ditambah dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS menyebabkan pertumbuhan nilai impor akan lebih rendah. Sayangnya, pertumbuhan impor kemungkinan masih akan lebih tinggi dari ekspor yang ditaksir masih di kisaran 7 persen sama seperti di kuartal II kemarin.Namun menurutnya, depresiasi rupiah ini akan mempengaruhi importir secara psikologis di kuartal berikutnya. Dengan demikian, pertumbuhan impor di tiga bulan terakhir tahun ini akan turun menjadi 8 persen. Sementara di saat yang bersamaan, ia meramal ekspor di kuartal IV akan naik ke kisaran 8 persen karena eksportir melihat peluang kenaikan permintaan. Pasalnya depresiasi rupiah tentu membuat harga ekspor Indonesia lebih kompetitif, sehingga volume ekspor bisa meningkat. "Dengan hal ini, semoga nanti di akhir tahun bisa terjadi trade balance," ungkap dia. (agi) Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2xb76s6 |
0 Comments:
Post a Comment