Kudus, CNN Indonesia -- Ada banyak cara bagi orang tua demi mewujudkan mimpi si buah hati sukses di lapangan bulutangkis. Termasuk meminjam kendaraan pribadi keluarga sampai menyewa rumah kontrakan. Hal itu terjadi saat Final Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018 di Kudus, Kamis (6/9). Sutarno meminjam kendaraan pribadi milik keluarganya demi bisa menemani putranya, Abdul Latif Nur Al Luqman. Dari Karanganyar, Solo, Sutarno beserta istri dan adik kandungnya menempuh perjalanan selama empat jam menuju Kudus. Pria 40 tahun itu adalah satu dari puluhan orangtua yang mendampingi anak-anaknya mengikuti seleksi di GOR Djarum."Saya pinjam mobil punya kakak untuk mengantar anak ke audisi Djarum. Demi prestasi anak, sebagai orang tua saya hanya bisa melakukan yang saya bisa," ujar Sutarno kepada CNNIndonesia.com. Sutarno yang berwirausaha jual-beli barang bekas ini bukan tanpa alasan mendukung olahraga anak di cabang tepok bulu ini. Sejak Abdul Latif berusia 7 tahun, bakat pelajar SMPN 3 Karanganyar itu di cabang olahraga bulutangkis ini sudah terlihat.  Sutarno bersama Abdul Latif Nur Al Luqman. (CNN Indonesia/Surya Sumirat) | "Dari cara memegang raket dan memukulnya sudah kelihatan. Anak ini punya bakat di bulutangkis. Sejak itu saya masukkan dia ke PB [klub bulutangkis]," ucap Sutarno.Pria berkacamata itu tidak menampik jika bonus besar yang dimiliki pebulutangkis berprestasi merupakan salah satu faktor yang mendorongnya mendukung kegiatan Abdul Latif ini. Karena itu juga Sutarno berharap anaknya kelak bisa menjadi pebulutangkis berprestasi seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo atau Jonatan Christie. "Sudah tiga tahun beruntun mengikuti seleksi Djarum, ini adalah tahun ketiga. Dua tahun sebelumnya tidak lolos. Yang penting anaknya semangat, urusan sukses atau tidak itu belakangan," Sutarno menuturkan. Usaha lebih keras dimiliki Hery Isdianto, ayah Farel Putra Herdiansyah yang mengikuti seleksi di kelompok umur U-15. Hery yang tinggal di Tulungagung, Jawa Timur menyewa mobil mini bus untuk bisa sampai ke Kudus. Tidak hanya itu, Hery beserta pelatih dan 12 anak yang didampinginya juga menyewa rumah untuk seleksi regional Kudus yang dimulai sejak Rabu (5/9).  Para orang tua menyaksikan anak-anaknya mengikuti audisi di PB Djarum. (CNN Indonesia/Surya Sumirat) | "Perjalanan kami dari Tulungagung itu sekitar 10 jam. Berangkat dari Tulungagung pukul 23.00 dan sampai di Kudus Senin (3/9) pagi," ujar Hery disela-sela pengumuman seleksi wilayah Kudus."Di sini kami menginap, di kampung di belakang GOR Djarum. Kami sewa dua kamar seharga Rp1 juta sejak Senin sampai sabtu (8/9). Biayanya patungan dari orang tua ke-12 anak yang ikut ini," Hery menambahkan. Untuk bisa mendampingi putranya, Hery rela meliburkan usaha warung kopi miliknya di Tulungagung. Kehilangan penghasilan tidak jadi soal bagi Hery asalkan bisa melihat anaknya mendapat beasiswa dari PB Djarum. Hery juga rela menyisihkan penghasilannya untuk bisa membelikan peralatan bulutangkis untuk putranya tersebut. Sayang, harapan Hery urung terwujud setelah Farel gagal di audisi regional Kudus."Kalau untuk anak, kami tidak memikirkan risikonya [membelikan peralatan]. Alhamdulillah sampai sekarang kebutuhan hidup masih tercukupi," kata Hery. (nva/har) Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2M4n2Su |
0 Comments:
Post a Comment