Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita akan berkomunikasi dengan importir kedelai untuk memeriksa kenaikan harga kedelai yang terjadi lantaran pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Enggartiasto mengatakan harga kedelai dunia sebenarnya sedang turun sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Namun, ia khawatir persentase penurunan harga kedelai tak sebanding dengan persentase pelemahan rupiah terhadap dolar. Ini akan berdampak pada usaha kecil, utamanya beban yang dipikul pengusaha tahu dan tempe. "Saya nanti akan telepon mereka (distributor kedelai) dan apakah mereka akan naikkan harga dan atas dasar apa kenaikannya," ujar Enggartiasto di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kamis (6/9). Sebelumnya, menurut dia, importir berjanji untuk tidak menaikkan harga kedelai atas alasan kurs. Sebab, pemasok kedelai sadar bahwa sebagian besar pengguna kedelai adalah pengusaha tahu dan tempe, di mana kedua bahan tersebut dianggap sebagai bahan pangan masyarakat sehari-hari."Makanya ini setiap saat bisa kami panggil mereka apalagi importir juga terbatas jumlahnya. Jadi saya bisa tanya kok," imbuh dia. Menurutnya, harga kedelai juga perlu dijaga lantaran bisa menyumbang inflasi jika tidak dikendalikan. Nantinya, ini bisa merusak tren inflasi bahan pangan bergejolak yang selama ini sudah bisa terkendali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), bahan makanan Agustus kemarin malah deflasi 1,1 persen dan berkontribusi terhadap deflasi Agustus yang tercatat 0,05 persen."Insyallah lah terkendali makanya itu akan kami kendalikan," pungkas dia. Menurut data BPS, nilai impor kedelai antara Januari hingga Juni berada di angka US$507,66 juta dengan volume mencapai 1,16 juta ton. Adapun importir terbesar kedelai berasal dari Amerika Serikat dengan nilai US$498,99 juta dengan volume 1,15 juta ton. (lav/bir) Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2wMKgaY |
0 Comments:
Post a Comment