Jakarta, CNN Indonesia -- Miftah Maulana Habiburrahman tak pernah menyangka jalannya dalam melakukan dakwah akan menjadi perhatian nasional. Setelah lebih dari 12 tahun berkiprah melakukan dakwah di 'tempat remang-remang', pria yang karib disapa Gus Miftah itu mendadak terkenal pekan ini berkat video viral memimpin shalawat bersama di klub malam Boshe VVIP, Bali. "Hari ini ramai permintaan wawancara, baik yang ke sini maupun yang telepon," ujar Gus Miftah saat dihubungi CNNIndonesia.com, (12/9). Kemarin saja, setelah videonya viral, setidaknya 10 wartawan mendatangi tempatnya di Pondok Pesantren Ora Aji, Tundan, Kalasan, Yogyakarta. "Saya sering bilang ke santri, saya tidak pernah mimpi jadi terkenal atas apa yang saya lakukan ini. Hanya ingin tetap memperkenalkan Allah kepada orang yang belum mengenalnya," kata pendiri dan pengasun Ponpes Ora Aji yang berada di Tundan, Kalasan, DI Yogyakarta tersebut. Ponpes yang ia asuh itu, sambung Gus Miftah, akan merayakan milad ke-6 pada pertengahan bulan depan. Kepada CNNIndonesia.com, Gus Miftah mengaku mengawali dakwah itu lebih dari 12 tahun lalu. Pria kelahiran Lampung pada 1981 silam itu harus melewati jalan berliku saat memutuskan giat berdakwah di tempat remang-remang, bahkan hingga saat ini.Penolakan atau pencibiran, kata dia, tak hanya datang dari penghuni atau pengelola tempat yang kerap diidentikkan dengan kemaksiatan tersebut. Sentimen negatif itu, sambungnya, juga datang dari kelompok ulama hingga umat Islam lainnya. Dari kelompok ulama atau umat Islam lainnya, kata Gus Miftah, ada yang mencibir atau mengkritiknya soal kepatutan atau mudarat. Namun, di mata Gus Miftah, penolakan hingga cibiran itu tak akan mempan baginya untuk menghentikan tujuan memperkenalkan Allah SWT kepada mereka yang menjauhinya di tempat remang-remang itu. "Jangan pernah menghakimi mereka, jangan pernah men-judge mereka. saya berpegang pada prinsip mahabbah, rasa cinta sesama," ujar Gus Miftah. Itu pun terus dilakoninya sejak lebih dari 12 tahun lalu di Yogyakarta, dan rutin dilakukan hingga saat ini bahkan menyebar ke wilayah lain termasuk di Bali yang videonya viral awal pekan ini. Semua itu berawal dari Balai RW di wilayah Pasar Kembang alias Sarkem, Yogyakarta. Dan, di daerah yang dikenal sebagai lokasi pencari pemuas berahi itu Gus Miftah masih rutin berdakwah atau mengisi pengajian di tempat yang sama hingga saat ini. Terakhir, ia memimpin kajian rutin bersama Warga Sarkem pada Selasa (11/9) malam lalu. "Jangan pernah halangi mereka untuk kembali bermesraan dengan Tuhan-nya," ujar Gus Miftah. [Gambas:Instagram] Namun, Gus Miftah yang merupakan jebolan pondok pesantren Bustanul Ulum di Lampung Tengah itu mengaku butuh pula nasihat dari ulama lain soal keputusannya. "Abah Luthfi dari Pekalongan [Habib M Luthfi bin Yahya] yang saya anggap sebagai orang tua sekaligus guru mendukung apa yang saya lakukan. Dia bilang, 'Terus saja lek, lanjutkan kerjamu lek'," ujar Gus Miftah. Sementara itu, secara terpisah, Wakil Ketua MUI Pusat Zainut Tauhid mengatakan inti dari dakwah adalah mengajak manusia untuk menuju jalan kebaikan. "Jalan yang diridhoi oleh Allah SWT dengan penuh kebijaksanaan (bil-hikmah), contoh-contoh kebaikan (uswatun hasanah), dan berargumentasi dengan cara yang baik (wajadilhum billati hiya ahsan)," ujar Zainut dalam pesan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (12/9) malam. Atas dasar itu, Zainut pun mengapresiasi apa yang telah dilakukan Gus Miftah yakni berdakwah di tempat-tempat yang identik dengan lokasi hiburan malam. "Sasaran dakwah itu tidak hanya terbatas kepada kelompok masyarakat yang sudah baik, tetapi juga kepada kelompok masyarakat yang belum baik, bahkan menurut saya justru kelompok ini yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya daerah lokalisasi, kampung narkoba, tempat-tempat perjudian, kelab malam atau daerah remang-remang yang penuh dengan kemaksiatan," tutur Zainut. Zainut pun menilai seorang alim ulama yang berani melakukan dakwah di tempat-tempat seperti itu menurutnya haruslah didukung. "Sepanjang dakwahnya dilakukan dengan cara yang benar, manhaj yang shahih, niat yang baik, ihlas dan tidak ada maksud untuk menodai kesucian agama Islam, apalagi maksud untuk memperolok-olok agama sebagai bahan ejekan (istihza')," kata dia. Bagi Zainut melakukan dakwah di tempat yang disebut penuh maksiat namun mengabarkan kemuliaan Sang Pencipta justru lebih baik dibandingkan berdakwah di depan komunitas yang baik tapi menyampaikan materi kebencian. "Menurut saya dakwah di tempat seperti itu nilainya lebih mulia dari pada dakwah di tempat yang baik dengan komunitas yang baik tapi isi dakwahnya penuh dengan ujaran kebencian, fitnah dan mengadu domba antarkelompok masyarakat," kata Zainut. Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2QpeVmT |
0 Comments:
Post a Comment