Jakarta, CNN Indonesia -- Sepanjang pekan lalu, pasar saham di dalam negeri terguncang hingga turun di bawah level 6.000. Kendati masih dibayangi gejolak harga, bukan berarti pelaku pasar tak bisa mendapatkan cuan dari bursa saham. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menjelaskan pelaku pasar bisa melakukan akumulasi beli ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang turun cukup dalam seperti sekarang. "Jadi bisa membeli saham dengan mencicil hari per hari atau buy on weakness," ujar Kevin kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/9). Maklum, valuasi saham berkapitalisasi besar (big capitalization/big cap) kini sedang murah-murahnya. Jadi, pelaku pasar bisa mulai memborong saham big cap dan menanti keuntungan dalam jangka panjang. "Tapi dengan syarat, pelaku pasar juga lihat ya fundamental perusahaannya seperti apa," ucap Kevin. Menurutnya, pelaku pasar saat ini bisa mulai masuk ke saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). Keduanya sama-sama masuk dalam daftar indeks LQ-45 periode Agustus 2018 sampai Januari 2019. RTI Infokom mencatat pada akhir pekan lalu indeks LQ-45 menguat 1,87 persen, tetapi secara bulanan turun 3,78 persen dan tahunan turun 5,1 persen."Bank Mandiri secara kinerja juga cukup bagus, pendapatan nonbunga nya tumbuh cukup baik," kata Kevin. Sepanjang semester I 2018, pendapatan nonbunga Bank Mandiri berhasil tumbuh 18,1 persen. Pertumbuhan itu tertinggi jika dibandingkan dengan PT Bank Negara Indonesa Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang masing-masing naik 9,41 persen dan 7,6 persen. "Kalau biasanya bank bagusnya pendapatan bunga, ini Bank Mandiri pendapatan nonbunganya juga oke," jelas Kevin. Sementara, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit sebesar 11,8 persen. Walhasil, laba bersih perusahaan tumbuh 28,7 persen menjadi Rp12,17 triliun pada paruh pertama tahun ini. Pada Jumat (7/9), harga saham Bank Mandiri berakhir di level Rp6.625 per saham atau meningkat 1,15 persen. Harga saham Bank Mandiri sempat jatuh hingga ke level Rp6.325 per saham bersamaan dengan anjloknya IHSG ke level 5.683 pada Rabu (5/9).
 Ilustrasi pergerakan saham. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) | Selanjutnya, saham Indah Kiat Pulp and Paper pada akhir pekan lalu masih melemah tipis sebesar 0,96 persen di level Rp17.975 per saham. Namun, Kevin menyebut tak ada salahnya mengonsumsi saham tersebut karena menarik untuk jangka panjang."Likuiditas saham Indah Kiat Pulp and Paper bagus," imbuh Kevin. Artinya, jumlah permintaan dan penawaran saham Indah Kiat Pulp and Paper selalu ada di pasar reguler. Sehingga, pelaku pasar tak perlu takut saham tersebut tak laris ketika ingin melepas di pasar reguler. "Apalagi pelaku pasar asing juga suka dengan saham ini, jadi pelaku pasar lokal bisa ikut mulai beli," sambung Kevin. Dari sisi kinerja, kata Kevin, perusahaan juga meraup pertumbuhan pendapatan dan keuntungan. Tercatat, penjualan bersih Indah Kiat Pulp and Paper pada kuartal I 2018 naik 13,1 persen menjadi US$843,7 juta.Kenaikan penjualan bersih itu menopang kenaikan laba bersih perusahaan hingga 80,8 persen dari kuartal I 2017 sebesar US$85,8 juta menjadi US$155,1 juta. Namun, jika Anda kurang berminat dengan saham berbasis keuangan dan industri dasar, mungkin Anda bisa melirik saham berbasis barang konsumsi. William Hartanto, Analis Panin Sekuritas berpendapat saham yang bergerak di sektor barang konsumsi cukup tahan banting di tengah tren pelemahan IHSG seperti saat ini. "Sektor barang konsumsi paling defensif dan paling bagus saat ini," ucap William. Ia menjabarkan saham barang konsumsi yang patut dikoleksi pekan ini, di antaranya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)."Alasannya bisnis sedang bertumbuh dan beberapa di antaranya sudah dalam posisi bottom (terbawah)," tutur William. Terpantau, ketiga saham tersebut berakhir di zona hijau pada akhir pekan lalu. Rinciannya, saham Unilever Indonesia di level Rp44.475 per saham, Mayora Indah di level Rp2.780 per saham, dan Sido Muncul di level Rp845 per saham. Untuk jangka pendek atau satu pekan ini, William menargetkan saham Unilever Indonesia bergerak di level Rp45 ribu-Rp50 ribu per saham, Mayora Indah ke level Rp4 ribu per saham, dan Sido Muncul ke level Rp1.000 per saham. (agi/agi) Let's block ads! (Why?) via CNN Indonesia https://ift.tt/2x2Xxvs |
0 Comments:
Post a Comment