Liputan6.com, Denpasar Berbagai upaya dilakukan oleh sejumlah daerah untuk mengendalikan peredaran tembakau yang begitu massif. Meski upaya pengendalian terus diupayakan, namun justru pertumbuhan perokok pemula semakin melonjak tajam. Data yang dilansir Menteri Kesehatan Nila Moeleok, jumlah perokok usia produktif tahun ini meningkat tajam sebesar 50,5 persen dibanding tahun 2016. Di sisi la in, pengendalian rokok membuat sejumlah daerah berfikir ulang untuk melakukan pembatasan. Sebab, tak dapat dipungkiri rokok memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan daerah. Hilangnya pendapatan dari iklan rokok menjadi kendala pengendalian rokok di masyarakat. Kendati begitu, sejumlah daerah justru berhasil melakukan pengendalian rokok sekaligus meningkatkan pendapatannya dari sektor lain. Hal itu terungkap dalam pertemuan Konferensi Asia Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT) 12th di Nusa Dua Bali 13-15 September 2018. Sejumlah kepala daerah berbagi informasi keberhasilan wilayahnya dalam melakukan pengendalian rokok kepada kepala daerah lainnya. Ketua Center of Excellent for Tobacco Comtrol and Lung Health (CTCLH) Universitas Udayana, Made Kerta Duana menjelaskan, sejumlah isu dibahas pada pertukaran informasi antar-kepala daerah itu. Salah satu yang dibahas pada forum itu adalah upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk dalam perlindungan terhadap penyakit tidak menular melalui pengendalian rokok. "Tidak maksimalnya pengendalian rokok bisa berdampak pada tidak tercapainya target kesehatan masyarakat. Di sinilah, pentingnya pengendalian bahaya rokok. Salah satunya adalah dibutuhkan komitmen pemerintah daerah," kata Kerta Dhuana, Jumat 14 September 2018. Let's block ads! (Why?) https://ift.tt/2xdLfRA |
0 Comments:
Post a Comment