Transaksi jual beli digital melalui e-commerce sudah menjadi budaya baru di masyarakat saat ini. Namun rupanya perkembangan e-commerce di Indonesia belum semulus yang perkiraan. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan ada beberapa tantangan yang tidak bisa terhindarkan pada era digitalisasi transaksi. Salah satunya, membanjirnya produk luar negeri yang dijual e-commerce. "Yang menjadi persoalan adalah kalau kita lihat dari sisi penjualan sementara sisi impornya barang luar yang masuk lebih besar dari pada sisi ekspor untuk kita jual melalui e-commerce. Itu yang menjadi persoalan. Itu satu challenge lah satu tantangan bagi kita untuk mencari solusinya," kata Mendag Enggar di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (6/9/2018). Dia menjelaskan, saat ini produk yang mendominasi e-commerce di tanah air berupa barang konsumsi. Mulai dari makanan hingga make up atau alat kecantikan. "Ya konsumsi macam-macam lah mulai dari bedak, gincu itu segala kan ada," ujarnya. Namun dia mengaku belum ada angka pasti perihal besaran produk impor yang menguasai pasar domestik. Ini karena jumlah marketplace jualan online yan sangat besar. Bahkan media sosial seperti instagram, twitter dan facebook pun bisa disulap menjadi wadah berjualan oleh pedagang online. "Belum ada satupun di dunia yang bisa mencatat itu. Karena kita ada yang resmi, tetapi instagram, media sosial ininya kan (susah didata). Jadi kalau tanya data itu maka akurasi atas data itu yang masih jadi persoalan," dia menandaskan. Tantangan lain, cara menciptakan level of playing field atau persaingan usaha yang setara antara e-commerce dengan pedagang tradisional atau konvensional. Padahal, saat ini transaksi jual beli online sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Menurut Enggar, hal yang sekarang jadi persoalan adalah bagaimana mengatasi transisi atau masa menuju kesini masa penjualan online, antara pengusaha tradisional dengan yang penjual online berada pada level of playing field yang sama. "Memang ada pendapat yang menyatakan ini kan harus ada evolusi harus ada perubahan, tetapi di dalam perubahan itu bagaimana caranya kita me-minimize dampak negatifnya karena mereka sudah menjalankan sekian lama bisnis yang tradisional itu. Mengubah, meng-educated mereka juga tidak mudah tetapi kita tidak bisa hentikan, itu harus berjalan," dia menandaskan. Reporter: Yayu Agustini Rahayu Sumber: Merdeka.com Let's block ads! (Why?) https://ift.tt/2oNxJzn |
0 Comments:
Post a Comment