Saturday, September 15, 2018

Kejutan Sengatan Watford di Liga Primer Inggris

Jakarta, CNN Indonesia -- Liga Primer Inggris memang baru di tahap awal. Namun sejumlah kejutan tersaji di kompetisi kasta tertinggi negara Ratu Elizabeth II tersebut, salah satunya performa Watford yang luar biasa.

Salah satunya adalah keberhasilan klub papan bawah musim lalu, Watford, yang tampil impresif musim ini. Tim berjulukan The Hornets itu mampu merangsek ke papan atas dengan rekor selalu menang dalam empat laga musim ini.

Watford yang musim lalu nyaris terdegradasi dan akhirnya finis di peringkat ke-14, kini seolah berubah menjadi tim papan atas.

Rekor empat kali kemenangan itu menyamai catatan poin Liverpool dan Chelsea (12) yang menempati posisi teratas dan kedua klasemen Liga Inggris saat ini. Watford yang bertengger di peringkat tiga hanya kalah selisih gol dari dua tim tersebut.

The Hornets bahkan mampu mengalahkan salah satu tim kuat, Tottenham Hotspur, dengan skor 2-1 pada laga pekan keempat di Stadion Vicarage Road, 2 September lalu.

Watford menyapu bersih empat kemenangan di awal Liga Primer Inggris musim ini.Watford menyapu bersih empat kemenangan di awal Liga Primer Inggris musim ini. (REUTERS/David Klein)
Menarik untuk mengulas faktor-faktor sukses klub itu mampu menanjak ke posisi empat besar Liga Inggris. Faktor yang paling menonjol adalah kehadiran juru taktik Javi Gracia, yang masuk menggantikan Marco Silva pada Januari 2018.

Berdasarkan statistik Opta sejak Gracia menjadi manajer Watford, tim yang bermarkas di Vicarage Road itu merupakan tim Liga Inggris yang paling banyak meraih kemenangan (10 kali) di kandang.


Gracia mampu mengubah total gaya permainan Watford musim ini. Meski berasal dari Spanyol yang notabene identik dengan sepak bola dinamis dan menyerang, Gracia dikenal sebagai pelatih yang mengusung filosofi pragmatis. Hal itu tak terlalu mengejutkan karena ia merupakan sosok pelatih yang sudah malang melintang di liga-liga Eropa sehingga terbuka dalam menerima pendekatan yang lebih pragmatis.

Berkat pendekatannya, Gracia mampu membawa Malaga mengalahkan Barcelona 1-0 pada musim 2014/2015. Setahun kemudian Malaga mampu menahan tim kuat Real Madrid 1-1.

Yang mencengangkan Gracia sukses mendongkrak posisi Malaga di peringkat kedelapan dengan hanya kebobolan 35 gol di La Liga Spanyol musim 2015/2016. Jumlah itu hanya selisih satu gol lebih sedikit dari peringkat kedua, Los Blancos.

Pelatih 48 tahun itu sempat mencoba peruntungan menangani klub Rusia, Rubin Kazan, namun hanya bertahan satu musim karena gagal membawa klub itu ke papan atas. Sempat diisukan bakal kembali Athletic Bilbao, Sevilla, atau kembali ke Malaga, Gracis memilih petualangan bari di Inggris.

Javi Gracia menjadikan Watford tim papan atas Liga Inggris musim ini.Javi Gracia menjadikan Watford tim papan atas Liga Inggris di awal musim ini. (REUTERS/Andrew Yates)
Gracia dikenal mampu meracik tim dengan kekuatan pertahanan yang sangat kuat. Di Liga Inggris saat ini Watford baru kebobolan tiga gol dari empat laga. Jumlah itu sama dengan jumlah kemasukan klub raksasa Chelsea dan Manchester City.

Meski fokus pada penguatan lini pertahanan, Gracia tak lantas membuat timnya benar-benar bertahan total menghadapi tim lawan. Namun, ia juga bukan tipe juru taktik yang fanatik dengan gaya permainan menyerang.

Melalui gaya pragmatis, Gracia mengandalkan efektivitas serangan yang diterapkan di Watford, sembari memperkuat tembok pertahanan. Dengan permainan itu The Hornets masih sulit ditembus. Bahkan, Tottenham dikenal yang memiliki serangan sporadis hanya mampu menciptakan satu gol.

Soal pola permainan, Gracia tak jauh dari skema 4-4-2. Meski demikian Gracia merupakan sosok yang cukup fleksibel, menerapkan strategi bukan hanya menyesuaikan karakteristik tim, tapi juga suasana batin pemain.

"Saya bukan tipe pelatih yang masuk ke tim kemudian berkata:'Tidak, saya mau bermain begini dan begitu, bermain dengan4-3-3 dan selalu bermain 4-3-3.' Itu bukan seorang manajer yang baik," ujar Gracia seperti dikutip dari Sky Sports.

Berkat kemampuannya yang sangat adaptif dalam meracik tim, Garcia pun tak kesulitan membawa kestabilan dalam tim termasuk Watford. Para pemain anyar yang diboyong Gracia ke Watford musim ini pun bisa dibilang tak terlalu spesial.

Watford terakhir mengalahkan Tottenham Hotspur.Watford terakhir mengalahkan Tottenham Hotspur. (REUTERS/David Klein)
Mereka yang baru bergabung adalah mantan pemain Barcelona Gerard Deulofeu, Isaac Lucas (Malaga CF), Domingos Quina (West Ham), Marc Navaro (Espanyol), Adam Masina (Bologna), Ben Wilmot (Stevenage), dan kiper Ben Foster (West Bromwich). Namun, ia tetap mampu menciptakan keseimbangan dalam tim itu.

Gracia bahkan mampu menghidupkan potensi para pemain lama di tim itu. Termasuk mampu mengasah ketajaman dua ujung tombak Watford, Troy Deeney dan Andre Gray. Di lini tengah Roberto Pereyra dan Will Hughes bermain brilian musim ini. Pereyra sejauh ini sudah mengemas tiga gol dalam empat laga.

Perubahan yang juga paling terasa ada di sektor belakang Watford yang dikomandoi Christian Kabasele. Pertahanan The Hornets menjadi kian kuat musim ini.

Menariknya Watford juga disamakan dengan Leicester City ketika tim itu mampu menyabet trofi Liga Inggris pada musim 2015/2016 di bawah arahan Claudio Ranieri. Padahal The Foxes sempat nyaris terdegradasi pada musim sebelumnya.

Watford juga sempat nyaris terdegradasi musim lalu dan selamat setelah berhasil finis di peringkat ke-14. Musim ini, mereka langsung tancap gas dengan menyapu bersih kemenangan dalam empat laga. (har)

Let's block ads! (Why?)



via CNN Indonesia https://ift.tt/2CVso30
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.cnnindonesia.com%2Frss&max=3, then Send me an em


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment